Quote of the Day

more Quotes

Saturday, April 20, 2013

Kalbar Prioritaskan Infrastruktur Perbatasan


INILAH.COM, Pontianak - Provinsi Kalbar termasuk salah satu provinsi di Indonesia yang langsung berbatasan langsung dengan Malaysia. Posisinya yang strategis ini mendapat perhatian serius pemerintah Indonesia dalam upaya percepatan pembangunan.

Menurut Anggota Komisi V DPR-RI Lasarus, S.Sos, pihaknya akan terus memberikan prioritas terhadap pembangunan infrastruktur di daerah perbatasan, pulau terluar, serta wilayah terpencil.

Untuk itu, dirinya meminta agar balai-balai Kementerian Pekerjaan Umum (PU) selalu berkoordinasi dengan pemerintah daerah (pemda) setempat.

Ketika ditanya mengenai pembangunan jalan, Lasarus juga menyoroti perlunya pengaturan bobot kendaraan dan pengoperasian jembatan timbang secara ketat.

Friday, April 19, 2013

Introducing... Alex Watson!


Saturday, April 6, 2013

Komentar Artikel: Hatta Optimistis Ekonomi RI Bakal Melesat

Rabu, 13 Februari 2013 | 09:59 WIB
KOMPAS/RADITYA HELABUMIMenteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa

JAKARTA, KOMPAS.com 
- Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa menilai perekonomian RI di tahun ini bakal melesat. Asal iklim investasi dan konsumsi terus dijaga.

Pemerintah di tahun ini masih optimis bisa mengejar target pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun sebesar 6,5-6,8 persen. Meski realisasi pertumbuhan ekonomi di sepanjang 2012 hanya 6,23 persen, lebih rendah dari target semula 6,3 persen.

Thursday, April 4, 2013

Hikmah Membunuh Cicak

Kabar baik untuk yang benci sama cicak. Ternyata ada hadits yang memerintahkan kita untuk membunuh cicak. Benar bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT punya manfaat walaupun sedikit. Tapi dari dulu saya mikir, kenapa sih harus ada cicak? Apa sih manfaatnya cicak selain membantu membasmi nyamuk? Sekarang kan sudah ada obat pembasmi serangga? Nah berikut pembahasannya

Pertanyaan:

Assalamu ’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ustadz, Saya belum memahami hikmah perintah membunuh cicak jika membaca riwayat berikut: Diriwayatkan dari Imam Ahmad, “Bahwasanya ketika Ibrahim dilemparkan ke dalam api maka mulailah semua hewan melata berusaha memadamkannya, kecuali cicak, karena sesungguhnya cicak itu mengembus-embus api yang membakar Ibrahim.” (Imam Ahmad, 6:217)

Cicak yang mengembus agar api semakin membesar terjadi pada masa Nabi Ibrahim. Apakah cicak termasuk hewan terkutuk sehingga ia tetap harus dibunuh hingga akhir zaman? Bukankah cicak mengurangi populasi nyamuk?

Jazakumullah khairan katsira (semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan yang banyak).

Jawaban:

Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh. Bismillah ….

Pertama: Terdapat banyak dalil yang memerintahkan kita untuk membunuh cicak, di antaranya:

Dari Ummu Syarik radhiallahu ‘anha; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk membunuh cicak. Beliau menyatakan, “Dahulu, cicak yang meniup dan memperbesar api yang membakar Ibrahim.” (HR. Muttafaq ‘alaih).

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang membunuh cicak dengan sekali bantingan maka ia mendapat pahala sekian. Siapa saja yang membunuhnya dengan dua kali bantingan maka ia mendapat pahala sekian (kurang dari yang pertama), ….” (HR. Muslim).
Dalam riwayat Muslim; dari Sa’ad, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk membunuh cicak, dan beliau menyebut (cicak) sebagai hewan fasiq (pengganggu).

Semua riwayat di atas menunjukkan bahwa membunuh cicak hukumnya sunnah, tanpa pengecualian.

Kedua: Sikap yang tepat dalam memahami perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sikap “sami’na wa atha’na” (tunduk dan patuh sepenuhnya) dengan berusaha mengamalkan sebisanya. Demikianlah yang dicontohkan oleh para sahabat radhiallahu ‘anhum, padahal mereka adalah manusia yang jauh lebih bertakwa dan lebih berkasih sayang terhadap binatang, daripada kita. Di antara bagian dari sikap tunduk dan patuh sepenuhnya adalah menerima setiap perintah tanpa menanyakan hikmahnya. Dalam riwayat-riwayat di atas, tidak kita jumpai pertanyaan sahabat tentang hikmah diperintahkannya membunuh cicak. Mereka juga tidak mempertanyakan status cicak zaman Ibrahim jika dibandingkan dengan cicak sekarang. Jika dibandingkan antara mereka dengan kita, siapakah yang lebih menyayangi binatang?

Ketiga: Penjelasan di atas tidaklah menunjukkan bahwa perintah membunuh cicak tersebut tidak ada hikmahnya. Semua perintah dan larangan Allah ada hikmahnya. Hanya saja, ada hikmah yang zahir, sehingga bisa diketahui banyak orang, dan ada hikmah yang tidak diketahui banyak orang. Adapun terkait hikmah membunuh cicak, disebutkan oleh beberapa ulama sebagai berikut:

Imam An-Nawawi menjelaskan, “Para ulama sepakat bahwa cicak termasuk hewan kecil yang mengganggu.” (Syarh Shahih Muslim, 14:236)

Al-Munawi mengatakan, “Allah memerintahkan untuk membunuh cicak karena cicak memiliki sifat yang jelek, sementara dulu, dia meniup api Ibrahim sehingga (api itu) menjadi besar.” (Faidhul Qadir, 6:193)

Keempat: Hikmah yang disebutkan di atas, hanya sebatas untuk semakin memotivasi kita dalam beramal, bukan sebagai dasar beramal, karena dasar kita beramal adalah perintah yang ada pada dalil dan bukan hikmah perintah tersebut. Baik kita tahu hikmahnya maupun tidak.

Kelima: Segala sesuatu memiliki manfaat dan madarat. Kita–yang pandangannya terbatas– akan menganggap bahwa cicak memiliki beberapa manfaat yang lebih besar daripada madaratnya. Namun bagi Allah–Dzat yang pandangan-Nya sempurna–hal tersebut menjadi lain. Allah menganggap madarat cicak lebih besar dibandingkan manfaatnya. Karena itu, Allah memerintahkan untuk membunuhnya. Siapa yang bisa dijadikan acuan: pandangan manusia yang serba kurang dan terbatas ataukah pandangan Allah yang sempurna?

Keenam: Manakah yang lebih penting, antara mengamalkan perintah syariat atau melestarikan hewan namun tidak sesuai dengan perintah syariat? Orang yang kenal agama akan mengatakan, “Mengamalkan perintah syariat itu lebih penting. Jangankan, hanya sebatas cicak, bila perlu, harta, tenaga, dan jiwa kita korbankan demi melaksanakan perintah jihad, meskipun itu adalah jihad yang sunnah.”


Semoga perenungan ini bisa menjadi acuan bagi kita untuk tunduk dan patuh pada aturan syariat Allah. Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits, dari Tim Dakwah Konsultasi Syariah.
Artikel www.KonsultasiSyariah.com