Saturday, April 6, 2013
Rabu, 13 Februari 2013 | 09:59 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa menilai perekonomian RI di tahun ini bakal melesat. Asal iklim investasi dan konsumsi terus dijaga.
Pemerintah di tahun ini masih optimis bisa mengejar target pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun sebesar 6,5-6,8 persen. Meski realisasi pertumbuhan ekonomi di sepanjang 2012 hanya 6,23 persen, lebih rendah dari target semula 6,3 persen.
"Realistisnya mungkin di antara 6,5-6,8 persen. Kemarin kan realisasinya 6,2 persen. Kalaupun bisa 6,5 persen, itu sudah di atas. Feeling saya bisa 6,5-6,8 persen," kata Hatta di Jakarta, Selasa (12/2/2013).
Salah satu cara yang bisa digenjot adalah penyerapan belanja di tahun ini diharapkan bisa di atas 90 persen. Sebelumnya, penyerapan belanja negara masih di bawah 80 persen.
"Padahal belanja modal itu membutuhkan impact yang besar bagi pertumbuhan perekonomian. Kita optimis 6,5 persen. Tapi kalau 6,8 persen, kita harus kerja keras, keras banget," tambahnya.
Di sisi lain, pemerintah juga akan menggenjot sektor investasi. Hal ini bisa menurunkan defisit neraca perdagangan yang selama ini terjadi. Selain itu, sektor konsumsi berbasis domestik juga akan terus digenjot untuk mengimbangi sektor investasi yang terus melesat
RESPON:
Mengenai penyerapan belanja, saya tidak yakin bahwa angka kesuksesannya akan mencapai 90% keatas. Kecuali yang dibenahi adalah mental para pejabat yang tidak tahan korupsi. Dengan hukum yang tegas dan tidak mempan uang. Mengenai hukum pun harus dibenahi.
Angka 6,23%, hasil ini merupakan data dari seluruh Indonesia atau daerah perkotaan saja? Benar bahwa setiap tahunnya jumlah masyarakat kelas menengah bertambah tiap tahunnya yang mana hal ini memicu pertumbuhan perekonomian Indonesia. Namun kita juga tahu bahwa masyarakat kelas bawah juga sama banyaknya yang tingkat kemakmurannya sepersekianribu dari masyarakat menengah saja. Apalagi didaerah-daerah terpencil.
Kemudian sektor investasi. Perekonomian Indonesia ke depan sebenarnya sangat menjanjikan bagi investor baik domestik maupun asing terbuktikan dengan investasi yang masuk, tingkat konsumsi masyarakat yang berkembang dan dunia usaha yang bergairah. Namun masih ada kelemahan perekonomian yang perlu dibenahi.
Kelemahan ekonomi Indonesia itu di defisit neraca perdagangan. Saat ini akibat impor yang lebih besar dari ekspor maka hal tersebut membuat neraca perdagangan Indonesia makin defisit. Apalagi impor yang terbesar dari minyak dan gas (migas).
Di sisi lain, subsidi bahan bakar minyak (BBM) kepada masyarakat yang sebenarnya malah tidak tepat sasaran. Saat ini subsidi anggaran BBM malah dinikmati oleh orang kaya. Imbasnya, defisit dan tekanan impor migas yang tinggi itu menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah, Imbasnya lagi, anggaran yang sebenarnya untuk infrastruktur malah terabaikan. Hal ini dinyatakan langsung oleh Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novian Bakrie. Anindya menilai dalam beberapa bulan terakhir ini tidak ada perbaikan kebijakan pemerintah sehingga permasalahan yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah tidak bisa diselesaikan.
Akibat struktur fiskal yang lemah seperti ini dan telah mengalami defisit, maka pengeluaran untuk kebutuhan infrastruktur menjadi tidak maksimal, Padahal investor asing saat berniat berinvestasi di Indonesia tentu akan melihat birokrasi hingga sisi infrastrukturnya. Jika tidak bagus, maka investor asing tersebut akan hengkang dari Indonesia.
Intinya adalah banyak sekali yang harus dibenahi terkait dengan usaha menumbuhkembangkan perekonomian Indonesia. Indonesia jelas butuh gebrakan untuk berubah dari segala sektor khususnya sektor ekonomi.
.
KOMPAS/RADITYA HELABUMIMenteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa
JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa menilai perekonomian RI di tahun ini bakal melesat. Asal iklim investasi dan konsumsi terus dijaga.
Pemerintah di tahun ini masih optimis bisa mengejar target pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun sebesar 6,5-6,8 persen. Meski realisasi pertumbuhan ekonomi di sepanjang 2012 hanya 6,23 persen, lebih rendah dari target semula 6,3 persen.
"Realistisnya mungkin di antara 6,5-6,8 persen. Kemarin kan realisasinya 6,2 persen. Kalaupun bisa 6,5 persen, itu sudah di atas. Feeling saya bisa 6,5-6,8 persen," kata Hatta di Jakarta, Selasa (12/2/2013).
Salah satu cara yang bisa digenjot adalah penyerapan belanja di tahun ini diharapkan bisa di atas 90 persen. Sebelumnya, penyerapan belanja negara masih di bawah 80 persen.
"Padahal belanja modal itu membutuhkan impact yang besar bagi pertumbuhan perekonomian. Kita optimis 6,5 persen. Tapi kalau 6,8 persen, kita harus kerja keras, keras banget," tambahnya.
Di sisi lain, pemerintah juga akan menggenjot sektor investasi. Hal ini bisa menurunkan defisit neraca perdagangan yang selama ini terjadi. Selain itu, sektor konsumsi berbasis domestik juga akan terus digenjot untuk mengimbangi sektor investasi yang terus melesat
RESPON:
Mengenai penyerapan belanja, saya tidak yakin bahwa angka kesuksesannya akan mencapai 90% keatas. Kecuali yang dibenahi adalah mental para pejabat yang tidak tahan korupsi. Dengan hukum yang tegas dan tidak mempan uang. Mengenai hukum pun harus dibenahi.
Angka 6,23%, hasil ini merupakan data dari seluruh Indonesia atau daerah perkotaan saja? Benar bahwa setiap tahunnya jumlah masyarakat kelas menengah bertambah tiap tahunnya yang mana hal ini memicu pertumbuhan perekonomian Indonesia. Namun kita juga tahu bahwa masyarakat kelas bawah juga sama banyaknya yang tingkat kemakmurannya sepersekianribu dari masyarakat menengah saja. Apalagi didaerah-daerah terpencil.
Kemudian sektor investasi. Perekonomian Indonesia ke depan sebenarnya sangat menjanjikan bagi investor baik domestik maupun asing terbuktikan dengan investasi yang masuk, tingkat konsumsi masyarakat yang berkembang dan dunia usaha yang bergairah. Namun masih ada kelemahan perekonomian yang perlu dibenahi.
Kelemahan ekonomi Indonesia itu di defisit neraca perdagangan. Saat ini akibat impor yang lebih besar dari ekspor maka hal tersebut membuat neraca perdagangan Indonesia makin defisit. Apalagi impor yang terbesar dari minyak dan gas (migas).
Di sisi lain, subsidi bahan bakar minyak (BBM) kepada masyarakat yang sebenarnya malah tidak tepat sasaran. Saat ini subsidi anggaran BBM malah dinikmati oleh orang kaya. Imbasnya, defisit dan tekanan impor migas yang tinggi itu menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah, Imbasnya lagi, anggaran yang sebenarnya untuk infrastruktur malah terabaikan. Hal ini dinyatakan langsung oleh Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novian Bakrie. Anindya menilai dalam beberapa bulan terakhir ini tidak ada perbaikan kebijakan pemerintah sehingga permasalahan yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah tidak bisa diselesaikan.
Akibat struktur fiskal yang lemah seperti ini dan telah mengalami defisit, maka pengeluaran untuk kebutuhan infrastruktur menjadi tidak maksimal, Padahal investor asing saat berniat berinvestasi di Indonesia tentu akan melihat birokrasi hingga sisi infrastrukturnya. Jika tidak bagus, maka investor asing tersebut akan hengkang dari Indonesia.
Intinya adalah banyak sekali yang harus dibenahi terkait dengan usaha menumbuhkembangkan perekonomian Indonesia. Indonesia jelas butuh gebrakan untuk berubah dari segala sektor khususnya sektor ekonomi.
.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment