Quote of the Day

more Quotes

Sunday, January 19, 2014

Dinar

Dinar (denar di Makedonia) adalah nama mata uang yang berlaku di beberapa negara di dunia, kebanyakan di negara-negara dengan mayoritas penduduk berbahasa Arab. Kata "dinar" (دينار dalam bahasa Arab dan Persia) berasal dari kata denarius, mata uang Romawi.


Menengok Perjalanan Dinar

Kala itu, selain dinar, mata uang asli lainnya adalah dirham. Saat itu, sebagaimana kita ketahui bahwa Romawi dan Persia adalah dua negera adidaya kala itu. Jika merujuk pada Romawi dan Persia, maka jelas dan dan perlu diingat bahwa dinar menunjukkan bukanlah mata uang negara-negera Arab sebagamana disangkakan kita selama ini.

Benar bahwa dinar dan dirham beredar di negara-negara Arab saat itu, tetapi itu semua bukan mata uang bangsa Arab. Keberadaan dinar saat itu karena dibawa oleh pengaruh kedatangan para pedagang Arab yang melakukan perniagaan di negeri Syam yang kala itu berada di bawah kekuasaan Romawi dan juga melakukan perdagangan di tanah Yaman yang masih berada pada pengaruh kekuasaan Persia.

Sementara tradisi barter yang ada pada masyarakat Arab semakin menguatkan kalau memang mereka tak memiliki mata uang karena sekali lagi dinar atau pun dirham itu adalah mata uang Romawi dan Persia.

Masyarakat Arab melakukan transaksi dengan tukar menukar, semisal garam ditukar dengan kulit unta, dan seterusnya. Selanjutnya, dinar dan dirham kemudian berlaku hingga meluas. Bahkan pemerintah Islam yang saat itu berkuasa hanya melakukan estafet penggunaan dinar dan dirham sebagai mata uang pembayaran dan tidak mempersoalkan dari Romawi atau Persiakah mata itu dicetak.

Hal ini juga terjadi pada era Nabi Muhammad saw. Era ini juga melakukan standarisasi dengan memberlakukan tiga jenis dirham yang selama ini beredar menjadi satu jenis dirham saja yang kemudian dalam dunia sejarah dikenal dengan sebutan rdirham 14 qirat.

Selanjutnya, para pemimpin Islam pasca Muhammad juga memiliki kebijakan yang beda terkait dengan dinar. Sebagaimana ditemukan pada masa Umar Ibn Khattab yang jelas-jelas mempertegas masalah timbangan emas dan perak, dimana 7 dinar adalah sama dengan atau setara 10 dirham. Sementara pada ukuran lain, 1 dinar sama juga atau setara 1 mitsqol atau juga setara dengan keberadaan gandum potong ujung sebanyak 27.

Sementara itu, keberadaan dinar sendiri pada pemerintahan Islam baru ada pada masa Abdul Malik Bin Marwan. Sebagaimana kita ketahui, jika merujuk pada sepak terjang Muhammad, maka sudah melewati sekira 50 tahun wafatnya Rasulallah.

Nah, lantas bagaimana dengan perkembangan dinar saat ini? Maka sebagaimana diketahui bahwa berat dinar pada zaman modern ini adalah 4,25 gram. Perhitungan ini masih berkiblat pada berat dinar yang telah diberlakukan oleh Abdul Malik Bin Marwan yang ternyata masih tersimpan rapi di Museum London.

Akan tetapi, muncul perdebatan yang sangat kental saat ini. Ada yang mempertanyakan apakah ada jaminan jelas yang bisa menjelaskan apakah dinar pada masa Abdul Malik ini juga pada akhirnya memiliki berat yang sama dengan dinar pada masa Muhammad.

Pasalnya, ada yang mengatakan, tentunya berdasarkan data dan riset, bahwa saat itu, Abdul Malik Ibn Marwan memberlakukan berat dirham bukan mengacu pada standar mitsqal yang sudah lazim digunakan oleh masa Nabi Muhammad. Abdul Malik kemudian diyakini mengacu pada standar penggunaan solidus yang tak lain dan tak bukan adalah mata uang Romawi Byzantium yang memang lazim beredar saat itu.

Nah, jika memang yang terjadi pada sejarah dinar demikian, maka wajar jika pertanyaan yang paling banyak diajukan saat ini terkait dengan maraknya panawaran investasi syariah berbasis dinar adalah apakah berat dinar yang 4,25 gram atau bahkan yang lebih ringan yang mengacu pada solidus, bisa menjamin atau paling tidak mewakili berat yang sama dengan dinar pada masa Nabi Muhammad?

Ini terkait dengan ungkapan bahwa dinar adalah sunah Rasul. Jika berangkat dari sini, lantas apakah ini sunah Nabi Muhammad atau sunahnya Abdul Malik Bin Marwan? Itulah yang menjadi perdebatan hingga hari ini, terkait dengan penggunaan dinar atau juga dirham dalam transaksi keseharian itu. Nampaknya masih butuh waktu panjang guna meyakinkan pasar agar mau menggunakan dinar sebagai mata uang yang berlaku dan berpahala sunah.


Kampenya Kembali pada Dinar

Dunia, terutama kalangan umat Islam, terus mengampanyekan penggunaan dinar untuk dijadikan sebagai mata uang karena dinar disebut-sebut sebagai mata uang yang terbuat murni dari emas.

Sebagaimana kita tahu, belakangan ini, semakin banyak yang berbondong melakukan penjualan aset atau juga melepas uang kertasnya untuk berpindah investasi dengan cara membeli emas atau dinar. Hal ini terjadi karena memang pada faktanya, emas memiliki harga yang relatif stabil bahkan bisa melambung sangat tinggi hanya dalam waktu yang sangat singkat. Itulah yang menjadi motivasi kenapa kemudian banyak orang memilih dinar sebagai investasi masa depan.

Ada yang memang memilih dinar untuk melakukan penyelamatan aset karena memiliki tameng pelindung nilai tukar yang kuat. Ada juga yang memang hanya ingin mendulang keuntungan dengan terjadinya kenaikan harga emas terhadap rupiah.

Meski demikian, pada kenyataan tidak seindah yang dibayangkan karena memang benar emas memiliki volatilitas harga yang sangat tinggi dalam waktu yang relatif pendek. Akan tetapi, yang jarang disadari adalah, kita sama-sama tahu bahwa perkembangan grafik harga emas hanya bersifat konstan karena diakibatkan menurunnya rupiah terhadap komoditas.

Dalam bahasa lain, kenaikan itu hanya bersifat sementara saja meski memang dinar pun lebih lama stabil. Akan tetapi sangat berpotensi mengalami penurunan yang drastis pula.


Orang Masih Enggan Membeli Dinar

Sementara itu, melihat fenomena keengganan orang melakukan pembelian dinar, ternyata tidak sebanding dengan melambungnya harga emas. Bahkan dari pada memilih dinar, orang lebih memilih emas batangan karena beralasan terdapat dinar tidak murni yang menyebabkan jatuhnya harga jual, transaksinya hanya bisa dilakukan terbatas di tempat-tempat tertentu saja, adanya ongkos cetak dan penanganan pengurusan ini itu.

Ini tentu menjadi masalah yang tak bisa diingkari karena memang fakta kondisi dinar memang demikian adanya. Berangkat dari sana, maka selayaknya dinar harus ‘direvolusi’ habis-habisan. Dinar harus mudah dan terbuka dilakukan transaksi, baik penukaran atau juga pemidahtanganan. Keberadaan dinar harus mudah diakses olah siapa pun jika memang ingin menggunakan dinar.

Selain itu juga, sudah saatnya dinar tidak lagi membingungkan masyarakat karena memang faktanya, banyak sekali ukuran dan desain serta kemurnian dinar yang beredar di sekitar kita saat ini. Harus ada aturan yang jelas sehingga dinar tidak lagi dilegalkan oleh banyaknya penerbit sebagaimana yang berlaku saat ini. Pada kondisi yang ‘aneh’ adalah saat dinar kemudian didengungkan sangat keras, maka yang terjadi adalah yang laris manisnya justru perbankan syariahnya.


Sumber: http://www.anneahira.com/dinar.htm

1 comments:

AmandaCarl said...

Taipan Indonesia | Taipan Asia | Bandar Taipan | BandarQ Online
SITUS JUDI KARTU ONLINE EKSKLUSIF UNTUK PARA BOS-BOS
Kami tantang para bos semua yang suka bermain kartu
dengan kemungkinan menang sangat besar.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
Cukup Dengan 1 user ID sudah bisa bermain 7 Games.
• AduQ
• BandarQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker
• Sakong
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• FaceBook : @TaipanQQinfo
• WA :+62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
Come & Join Us!!

Post a Comment