Quote of the Day

more Quotes

Thursday, January 16, 2014

Lima Kesalahan Fatal Penyusunan Laporan Keuangan

Entitas bisnis tidak akan pernah lepas diri dari laporan keuangan. Laporan keuangan yang dijadikan penentu kinerja dan posisi keuangan badan usaha tetap berperan penting bagi kelangsungan hidup badan bisnis tersebut. Meski demikian, tidak jarang instansi/ badan belum memiliki sistem perencanaan penyusunan laporan keuangan yang sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Keempat laporan keuangan merupakan laporan keuangan dasar yang mesti dimiliki perusahaan. Semuanya saling terkait dan mengisi hingga penggunanya dapat untuk menganalisis dan mengambil keputusan keuangan. Tidak jarang pebisnis kurang cermat membukukan keuangannya sehingga banyak kesalahan fatal terjadi. Bagaimana kesalahan fatal tersebut dan penyusunan laporan keuangan yang tepat guna?

Ketahuilah terlebih dahulu siklus akuntansi. Meski terlihat sederhana, faktor ini tidak baik untuk diabaikan. Salah alur sedikit saja jalur kita tersesat entah ke mana. Laporan Keuangan pun tidak akan siap diserahkan ke atasan atau pihak yang memerlukan.

Laporan Keuangan haruslah komunikatif dan informatif. Ia cermin segala macam transaksi yang terkumpul dalam buku besar dan tersaji dalam bentuk laporan sebagai hasil operasional perusahaan. Komunikatif berarti dapat dipahami dari dua arah, bagi para pihak yang berkepentingan seperti manajemen, pemilik modal, kreditur, investor, penyalur, pegawai, lembaga pemerintahan, dan juga khalayak. Informasi yang ada dapat dipercayai, kuantitatif, mengemukakan perubahan dalam harta, kewajiban, dan modal, dan memenuhi keperluan pemakainya dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi.

Bisnis atau wiraswasta sudah barang tentu tidak luput dari konteks lingkungan. Penyusun laporan keuangan setidaknya mengerti jenis usaha dan karakteristiknya. Karakteristik lingkungan paling menonjol terlihat pada pengaruh ekonomi, struktur harta (aktiva), risiko usaha, dan margin (keuntungan). Dari karakteristik tersebut, penyusun laporan keuangan harus memiliki pengetahuan dalam menganalisis laporan keuangan itu dan tidak hanya sekadar menjurnal, memposting, dan menyamakan laporan keuangan lalu beres sudah. Analisis laporan keuangan begitu penting bagi melakukan perencanaan keuangan di kemudian hari. Tanpa adanya analisis sudah barang tentu perusahaan tidak akan bisa membuat proyeksi profit dan grafik tren di masa mendatang. ROI (return on investment) merupakan faktor dominan dalam penilaian investor.

Akuntansi berperan sebagai penyedia data untuk penyusunan laporan keuangan. Terdapat beberapa konsep yang terlahir dari asumsi dasar dan kesepakatan praktik akuntansi yang laporan keuangan harus mengikuti konsep-konsep yang dimaksud. Secara garis besar konsep tersebut meliputi konsep kesatuan usaha, konsep keberlangsungan hidup perusahaan, konsep satuan pengukuran, konsep harga pokok, konsep realisasi, konsep nilai uang stabil, konsep periode waktu, konsep objektivitas, konsep keterbukaan, konsep konsistensi, konsep konservatisme, dan konsep perbandingan revenue-cost.

Penyusun laporan kuangan harus memiliki jiwa teknologi, kreativitas, dan ketelitian dalam menyusun laporan keuangan. Sistem Akuntansi sangat tepat diterapkan pada zaman modern. Tidak ada lagi istilah gaptek (gagap teknologi), karena hampir sebagian besar pekerjaan didukung penuh dengan teknologi informasi, tak terkecuali pencatatan akuntansi hingga laporan keuangan.

Teknologi modern bisa menghemat penggunaan waktu dan mempercepat dalam mengambil keputusan ekonomi. Tidak ada salahnya jika kita mencari sesuatu yang modern namun tetap menyandarkan diri pada Standar Akuntansi Keuangan. Peranti lunak akuntansi contohnya, sudah berkontribusi dalam penyusunan laporan keuangan. Menjamurnya peranti lunak akuntansi membuktikan bahwa telah teruji dan tepercayanya pencatatan akuntansi berbasis sistem di berbagai bidang usaha. Walau demikian, penyusun laporan keuangan wajib memiliki salinan pencatatan sebagai pembanding.

Kita simpulkan, ada lima kesalahan fatal dalam penyusunan laporan keuangan itu adalah:
  • Kurang paham siklus akuntansi, yang mengakibatkan penyusun laporan keuangan terjebak dalam memilah dan menganalisis.
  • Laporan keuangan tidak relevan bagi pemakainya, tidak berupa informasi sehingga tidak layak untuk dipublikasikan.
  • Pebisnis atau penyusun laporan keuangan kurang memperhatikan pengaruh lingkungan dan karakteristik usahanya. Padahal ini yang diperlukan untuk menganalisis laporan dan kinerja keuangan suatu perusahaan.
  • Laporan keuangan tidak mengandung konsep-konsep dasar dan asumsi-asumsi akuntansi sehingga komponen penyusunnya sering tidak terstruktur. Semisal mencampuradukkan keuangan rumah tangga dan perusahaan (konsep kesatuan usaha).
  • Masih banyak penyusun laporan keuangan yang mengandalkan pencatatan secara manual. Teknologi modern membawa akuntansi ke pencatatan yang otomatis. Jadikan pencatatan manual hanya sebagai cadangan, pengendali, dan pembanding.
sumber: http://pengusahamuslim.com/lima-kesalahan-fatal-1662#.UtfyzNKSwkQ

0 comments:

Post a Comment